Teori Terjadinya Penyakit

Teori-teori Terjadinya Penyakit

Pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep atau teori. Beberapa teori tentang  terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah
a.     Contagion Theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1.      Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual.
2.      Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
3.      Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktek.

b.      Hipocratic Theory
Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:
1.      Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2.      Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.

Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di Yunani pada saat itu terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan saat menyaksikan pasiennya meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Kemudian ia pun melakukan observasi tentang penyebab dan penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates belajar mengenai penyakit menggunakan tiga metode ; Observe, Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar mengetahui kondisi lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah prepatogenesis, yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan Hippocrates adalah metode induktif, artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia kumpulkan dan diolah menjadi informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hipocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan yang merupakan biang keladi terjadinya penyakit.

c.       Miasmatic theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosnep ini dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk). Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living)

d.      Germ Theory ( Teori Jasad Renik )
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang mikrobiologi  adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1.      Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
2.      Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3.      Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan penyakit yang sama
4.      Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.


e.       Epidemiology Triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1.      Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2.      Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3.      Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).



Host : penjamu (manusia)
-keturunan, umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan

f.          The Web of Causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu


g.      Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi, dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
 penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor peneliti di bidang epidemiologi klinik.(Bustan,1997).

Proses terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).


Daftar Pustaka
Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGJ.
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bustan, M.N., Arsunan, A. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta


0 komentar:

Posting Komentar

Teori Terjadinya Penyakit

Teori-teori Terjadinya Penyakit

Pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep atau teori. Beberapa teori tentang  terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah
a.     Contagion Theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1.      Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual.
2.      Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
3.      Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktek.

b.      Hipocratic Theory
Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:
1.      Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2.      Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.

Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di Yunani pada saat itu terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan saat menyaksikan pasiennya meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Kemudian ia pun melakukan observasi tentang penyebab dan penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates belajar mengenai penyakit menggunakan tiga metode ; Observe, Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar mengetahui kondisi lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah prepatogenesis, yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan Hippocrates adalah metode induktif, artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia kumpulkan dan diolah menjadi informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hipocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan yang merupakan biang keladi terjadinya penyakit.

c.       Miasmatic theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosnep ini dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk). Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living)

d.      Germ Theory ( Teori Jasad Renik )
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang mikrobiologi  adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1.      Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
2.      Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3.      Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan penyakit yang sama
4.      Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.


e.       Epidemiology Triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1.      Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2.      Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3.      Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).



Host : penjamu (manusia)
-keturunan, umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan

f.          The Web of Causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu


g.      Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi, dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
 penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor peneliti di bidang epidemiologi klinik.(Bustan,1997).

Proses terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).


Daftar Pustaka
Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGJ.
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bustan, M.N., Arsunan, A. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

0 komentar:

Posting Komentar