Faktor Risiko sendiri secara bakunya mengandung pengertian sebagai karakteristik, tanda dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden penyakit. Faktor risiko merupakan faktor-faktor yang ada sebelum terjadinya penyakit (M. N. Bustan, 2000). Atau, dengan kata lain faktor resiko adalah hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan bakteri leptospira (yang diakibatkan oleh penyakit leptospirosis ini-red), namun hal-hal lain ini menjadi penghantar untuk memudahkan terjangkitinya bakteri leptospira pada manusia.Namun secara keilmuan, faktor risiko memiliki definisi sendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejalapada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya ( beberapa individu lain pada suatu kelompok masyarakat.Risk Factor atau Faktor risiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan peningkatan suatu risiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor risiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan risiko terserang suatu penyakit. Faktor risiko adalah salah satu bagian dari epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat populasi.
Resiko yang merugikan adalah faktor penyebab terjadinya kondisi yang tidak diharapkan (unexpected condition) yang dapat menimbulkan kerugian, kerusakan, atau kehilangan (Salim, 1993). Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta resikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan secara cermat, bila orang menginginkan kesuksesan (Adira Insurance, 2003). Sehubungan kenyataan tersebut, semua orang (khususnya pengusaha) selalu harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan.
Resiko dan ketidakpastian memiliki pengertian yang berbeda, tetapi mempunyai dampak yang sama terhadap kerugian atau kerusakan. Resiko itu terkait dengan situasi dimana ada kemungkinan kejadian tersebut dapat terjadi dan mempunyai dampak tertentu. Sedangkan ketidakpastian dihubungkan dengan situasi yang bersifat unik sehingga probabilitas kejadiannya tidak dapat dihitung.
Menurut Rowe ( An Anatomy of risk, 1977), ketidakpastian diakibatkan ketiadaan informasi karena probabilitas terjadinya tidak dapat ditentukan. Sedangkan resiko dapat ditentukan probabilitasnya karena terdapat data dan informasi yang memadai. Dengan kata lain, jika probabilitasnya dapat dihitung, maka hal tersebut merupakan resiko. Sebaliknya, jika tidak dapat dihitung, maka hal tersebut merupakan ketidakpastian.
Pendapat lain dalam pengertian resiko ini adalah sebagai berikut:
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H).
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
Menurut Adira Insurance (2003) bahwa resiko mempunyai karakteristik:
- Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
- Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997) mengemukakan beberapa pengertian risiko sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)
Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan Kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah sesuatu yang mengandung kemungkinan kerugian dan juga ketidakpastian. Dalam bidang investasi, menurut Jones (2004), risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti semakin besar risiko yang akan ditanggung.
Jenis Faktor Risiko :
1. Menurut dapat tidaknya faktor risiko itu di ubah :
· Unchangeable risk factors ; faktor risiko yang tidak dapat berubah,
misalnya ; faktor umur atau genetik.
· Changeable risk factors ; faktor risiko yang dapat berubah,
misalnya ; kebiasaan merokok atau latihan olah raga.
2. Menurut kestabilan peranan faktor risiko :
· Suspected risk factors ; faktor risiko yang dicurigai, yakni faktor – faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai faktor risiko,
misalnya ; rokok sebagai faktor risiko kanker leher rahim.
· Established risk factors ; faktor yang telah ditegakkan, yakni faktor risiko yang sudah mantap mendapat dukungan ilmiah penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperanan dalam kejadian suatu penyakit.
Misalnya, rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko :
Perluya faktor risiko diketahui dalam terjadinya penyakit dapat berguna dalam hal – hal berikut :
a. Prediksi : untuk meramalkan kejadian penyakit.
b. Penyebab : kejelasan / beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi penyebab, setelah menghapuskan pengaruh dari faktor pengganggu (confounding factor)
c. Diagnosis : membantu proses diagnosis
d. Prevensi : jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, penghilangan dapat digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui atau tidak.
M.N. Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Secara umum, faktor risiko terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antaa lain:
-Faktor genetik
- Jenis Kelamin
- Usia
2. Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:
- Kebiasaan buruk
- gaya hidup
- Pola makan
- Obesitas, dll
Faktor Risiko
Teori Terjadinya Penyakit
Teori-teori Terjadinya Penyakit
Pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep atau teori. Beberapa teori tentang terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah
a. Contagion Theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1. Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual.
2. Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
3. Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktek.
b. Hipocratic Theory
Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:
1. Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2. Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di Yunani pada saat itu terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan saat menyaksikan pasiennya meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Kemudian ia pun melakukan observasi tentang penyebab dan penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates belajar mengenai penyakit menggunakan tiga metode ; Observe, Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar mengetahui kondisi lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah prepatogenesis, yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan Hippocrates adalah metode induktif, artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia kumpulkan dan diolah menjadi informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hipocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan yang merupakan biang keladi terjadinya penyakit.
c. Miasmatic theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosnep ini dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk). Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living)
d. Germ Theory ( Teori Jasad Renik )
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan penyakit yang sama
4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.
e. Epidemiology Triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
Host : penjamu (manusia)
-keturunan, umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan
f. The Web of Causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu
g. Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi, dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor peneliti di bidang epidemiologi klinik.(Bustan,1997).
Proses terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).
Daftar Pustaka
Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGJ.
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bustan, M.N., Arsunan, A. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sehat Menurut WHO
Definisi Sehat Menurut WHO
Definisi sehat dimulai pada zaman keemasan yunani bahwa sehat merupakan keadaan standart yang harus dicapai dan dibanggakan. Sedangkan sakit sebagai salah satu yang tidak bermanfaat. Pada tahun 50-an, World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik, mental, sosial, dan bukan bebas dari penyakit atau kelemahan. Lalu pada tahun 80-an, definisi sehat menurut WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, yaitu memasukkan unsur hidup produktif baik sosial maupun ekonomi. Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi klasik WHO tentang kesehatan, yaitu kesehatan sempurna baik fisik mental dan sosial serta tidak menderita sakit atau kelemahan. Mengapa WHO memasukan istilah sosial, karena sosial berarti hidup bersama dalam kelompok dalam situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. (Ferry Efendi,2009).
Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental ataupun sosial yang ditandai dengan tidak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluhan sakit fisik-keluhat emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998, Sarafindo, 1994)
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) th. 1948 mengatakan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu untuk satu situasi fisik, mental, serta sosial kesejahteraan serta tidak cuma ketiadaan penyakit atau kekurangan Pada th. 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, menyampaikan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu “sumber daya untuk kehidupan keseharian, bukan hanya maksud hidup Kesehatan yaitu rencana positif mengutamakan sumber daya sosial serta pribadi, dan kekuatan fisik.
Menurut WHO, ada empat komponen utama yang disebut satu kesatuan dalam pengertian sehat yaitu
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam badan yang sehat. Atribut seseorang insan yang mempunyai mental yang sehat yaitu seperti berikut :
Senantiasa merasa senang dengan apa yang ada pada dianya, tak sempat menyesal serta kasihan pada dirinya sendiri, senantiasa senang, enjoy serta mengasyikkan dan tak ada sinyal tanda konflik kejiwaan.
Bisa bergaul dengan baik serta bisa terima kritik dan tak gampang tersinggung serta geram, senantiasa pengertian serta toleransi pada keperluan emosi orang lain.
Bisa mengontrol diri serta tak gampang emosi dan tak gampang takut, cemburu, tidak suka dan hadapi serta bisa merampungkan persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera, penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan penduduk umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan, mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.
Ke empat komponen ini di kenal untuk sehat positif atau dikatakan sebagai “Positive Health” .
Daftar Pustaka
Efendi, Ferry, dan Makhfudli . Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,2009.
Epidemiologi
Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan
|
PB
|
MB
|
1.bercak (makula) mati rasa :
a) Ukuran
b) Distribusi
c) Konsistensi
d) Batas
e) Kehilangan rasa pada bercak
f) Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada bercak
|
Kecil dan besar
Uniteral atau bilateral asimetris
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan jelas
Selalu ada dan jelas
|
Kecil-kecil
Bilateral simetris
Halus,berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi pada yang sudah lanjut
Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi pada yang sudah lanjut
|
2.infiltrat :
a) Kulit
b) Membran mukosa (hidung tersumbat, pendarahan di hidung)
c) Ciri-ciri
d) Nodulus
e) Deformitas
|
Tidak ada
Tidak pernah ada
Central healing (penyembuhan di tengah)
Tidak ada
Terjadi dini
|
Ada,kadang-kadang tidak ada
Ada,kadang-kadangtidak ada
i. punched out lesion (lesi bentuk seperti donat)
ii. madarosis
iii. ginekomasti
iv. hidung pelana
v. suara sengau
Kadang-kadang ada
Biasanya simetris, terjadi lambat
|
- Kurangnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan
- Mayoritas masyarakat Madura dengan status sosio-ekonomi rendah dengan pekerjaan sebagai petani garam
- “Eksklusivitas” etnis Madura dan penanganan yang kurang tepat kepada penderita.
Dari 93,2 persen konfirmasi kasus malaria yang ada di Indonesia sepanjang tahun 2013, Papua memiliki angka kasus malaria terbesar, yaitu 42,65 persen. Adapun Papua Barat sebesar 38,44 dan NTT sebesar 16,37. Dari 93,2 persen konfirmasi, pengobatan yang dilakukan sudah mencapai 84,4 persen. Namun Indonesia Timur ini yang memang masih tinggi.
Selain itu, tingginya perbedaan endemisitas antar daerah juga dianggap menjadi tantangan upaya penanggulangan malaria ini. Untuk itu, pemerintah melakukan pemetaan strategi daerah endemis untuk membagi fokus. Faktor risiko, seperti lingkungan dan iklim, juga menjadi tantangan dan hambatan dalam upaya pemerintah bersama keterbatasan akses pelayanan kesehatan. Memang harus diakui bahwa wilayah Indonesia timur memiliki keterbatasan pelayanan, dibanding dengan Indonesia barat dan tengah.
Dan untuk itulah, pemerintah memang ingin lebih menguatkan mutu layanan dan akses di Indonesia timur demi memeratakan penanggulangan malaria ini. Kasus malaria sendiri dianggap menjadi salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan Indonesia.
Untuk hepatitis C, pencegahan dan penanggulangannya lebih kepada menjaga kebersihan makanan dan proses pembuatan makanan. Hepatitis B yaitu dengan imunisasi dan hepatitis C dengan menjaga perilaku baik yaitu tidak bertukaran jarum suntik.
Faktor Risiko
Resiko yang merugikan adalah faktor penyebab terjadinya kondisi yang tidak diharapkan (unexpected condition) yang dapat menimbulkan kerugian, kerusakan, atau kehilangan (Salim, 1993). Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta resikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan secara cermat, bila orang menginginkan kesuksesan (Adira Insurance, 2003). Sehubungan kenyataan tersebut, semua orang (khususnya pengusaha) selalu harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan.
Resiko dan ketidakpastian memiliki pengertian yang berbeda, tetapi mempunyai dampak yang sama terhadap kerugian atau kerusakan. Resiko itu terkait dengan situasi dimana ada kemungkinan kejadian tersebut dapat terjadi dan mempunyai dampak tertentu. Sedangkan ketidakpastian dihubungkan dengan situasi yang bersifat unik sehingga probabilitas kejadiannya tidak dapat dihitung.
Menurut Rowe ( An Anatomy of risk, 1977), ketidakpastian diakibatkan ketiadaan informasi karena probabilitas terjadinya tidak dapat ditentukan. Sedangkan resiko dapat ditentukan probabilitasnya karena terdapat data dan informasi yang memadai. Dengan kata lain, jika probabilitasnya dapat dihitung, maka hal tersebut merupakan resiko. Sebaliknya, jika tidak dapat dihitung, maka hal tersebut merupakan ketidakpastian.
Pendapat lain dalam pengertian resiko ini adalah sebagai berikut:
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H).
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
Menurut Adira Insurance (2003) bahwa resiko mempunyai karakteristik:
- Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
- Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997) mengemukakan beberapa pengertian risiko sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)
Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan Kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah sesuatu yang mengandung kemungkinan kerugian dan juga ketidakpastian. Dalam bidang investasi, menurut Jones (2004), risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti semakin besar risiko yang akan ditanggung.
Jenis Faktor Risiko :
1. Menurut dapat tidaknya faktor risiko itu di ubah :
· Unchangeable risk factors ; faktor risiko yang tidak dapat berubah,
misalnya ; faktor umur atau genetik.
· Changeable risk factors ; faktor risiko yang dapat berubah,
misalnya ; kebiasaan merokok atau latihan olah raga.
2. Menurut kestabilan peranan faktor risiko :
· Suspected risk factors ; faktor risiko yang dicurigai, yakni faktor – faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai faktor risiko,
misalnya ; rokok sebagai faktor risiko kanker leher rahim.
· Established risk factors ; faktor yang telah ditegakkan, yakni faktor risiko yang sudah mantap mendapat dukungan ilmiah penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperanan dalam kejadian suatu penyakit.
Misalnya, rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko :
Perluya faktor risiko diketahui dalam terjadinya penyakit dapat berguna dalam hal – hal berikut :
a. Prediksi : untuk meramalkan kejadian penyakit.
b. Penyebab : kejelasan / beratnya faktor risiko dapat mengangkatnya menjadi penyebab, setelah menghapuskan pengaruh dari faktor pengganggu (confounding factor)
c. Diagnosis : membantu proses diagnosis
d. Prevensi : jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab, penghilangan dapat digunakan untuk pencegahan penyakit meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui atau tidak.
M.N. Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Secara umum, faktor risiko terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antaa lain:
-Faktor genetik
- Jenis Kelamin
- Usia
2. Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:
- Kebiasaan buruk
- gaya hidup
- Pola makan
- Obesitas, dll
Teori Terjadinya Penyakit
Pandangan terhadap proses terjadinya atau penyebab penyakit telah dikemukakan beberapa konsep atau teori. Beberapa teori tentang terjadinya penyakit yang pernah dikemukakan adalah
a. Contagion Theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.
Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1. Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual.
2. Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
3. Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktek.
b. Hipocratic Theory
Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:
1. Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2. Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates mengatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
Yang melatarbelakangi timbulnya pernyataan tersebut yaitu karena di Yunani pada saat itu terjadi banyak penyakit menular dan menjadi epidemik dan saat menyaksikan pasiennya meninggal, ia sangat frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter. Kemudian ia pun melakukan observasi tentang penyebab dan penyebaran penyakit di populasi. Hippocrates belajar mengenai penyakit menggunakan tiga metode ; Observe, Record, dan Reflect.
Hippocrates melakukan pendekatan deskriptif sehingga ia benar-benar mengetahui kondisi lingkungannya. Ia kemudian mempelajari tentang istilah prepatogenesis, yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang yang sehat sehingga bisa menjadi sakit. Metode yang digunakan Hippocrates adalah metode induktif, artinya data yang sekian banyak ia dapatkan, ia kumpulkan dan diolah menjadi informasi. Informasi ini kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Hipocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan tahayul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hipocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berfikir mistis-magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka. Contoh kasus dari teori ini adalah perubahan cuaca dan lingkungan yang merupakan biang keladi terjadinya penyakit.
c. Miasmatic theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosnep ini dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk). Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small living)
d. Germ Theory ( Teori Jasad Renik )
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,
3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan penyakit yang sama
4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.
e. Epidemiology Triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
Host : penjamu (manusia)
-keturunan, umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan
f. The Web of Causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu
g. Theory Multi kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi factorial yang menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai factor misalnya interaksi lingkungan yang berupa factor biologis , kimiawi, dan social memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor peneliti di bidang epidemiologi klinik.(Bustan,1997).
Proses terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).
Daftar Pustaka
Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGJ.
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bustan, M.N., Arsunan, A. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sehat Menurut WHO
Definisi sehat dimulai pada zaman keemasan yunani bahwa sehat merupakan keadaan standart yang harus dicapai dan dibanggakan. Sedangkan sakit sebagai salah satu yang tidak bermanfaat. Pada tahun 50-an, World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik, mental, sosial, dan bukan bebas dari penyakit atau kelemahan. Lalu pada tahun 80-an, definisi sehat menurut WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, yaitu memasukkan unsur hidup produktif baik sosial maupun ekonomi. Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi klasik WHO tentang kesehatan, yaitu kesehatan sempurna baik fisik mental dan sosial serta tidak menderita sakit atau kelemahan. Mengapa WHO memasukan istilah sosial, karena sosial berarti hidup bersama dalam kelompok dalam situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. (Ferry Efendi,2009).
Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental ataupun sosial yang ditandai dengan tidak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluhan sakit fisik-keluhat emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998, Sarafindo, 1994)
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) th. 1948 mengatakan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu untuk satu situasi fisik, mental, serta sosial kesejahteraan serta tidak cuma ketiadaan penyakit atau kekurangan Pada th. 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, menyampaikan bahwasanya pengertian kesehatan yaitu “sumber daya untuk kehidupan keseharian, bukan hanya maksud hidup Kesehatan yaitu rencana positif mengutamakan sumber daya sosial serta pribadi, dan kekuatan fisik.
Menurut WHO, ada empat komponen utama yang disebut satu kesatuan dalam pengertian sehat yaitu
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam badan yang sehat. Atribut seseorang insan yang mempunyai mental yang sehat yaitu seperti berikut :
Senantiasa merasa senang dengan apa yang ada pada dianya, tak sempat menyesal serta kasihan pada dirinya sendiri, senantiasa senang, enjoy serta mengasyikkan dan tak ada sinyal tanda konflik kejiwaan.
Bisa bergaul dengan baik serta bisa terima kritik dan tak gampang tersinggung serta geram, senantiasa pengertian serta toleransi pada keperluan emosi orang lain.
Bisa mengontrol diri serta tak gampang emosi dan tak gampang takut, cemburu, tidak suka dan hadapi serta bisa merampungkan persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera, penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan penduduk umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan, mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.
Ke empat komponen ini di kenal untuk sehat positif atau dikatakan sebagai “Positive Health” .
Daftar Pustaka
Efendi, Ferry, dan Makhfudli . Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,2009.
Epidemiologi
Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan
|
PB
|
MB
|
1.bercak (makula) mati rasa :
a) Ukuran
b) Distribusi
c) Konsistensi
d) Batas
e) Kehilangan rasa pada bercak
f) Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada bercak
|
Kecil dan besar
Uniteral atau bilateral asimetris
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan jelas
Selalu ada dan jelas
|
Kecil-kecil
Bilateral simetris
Halus,berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi pada yang sudah lanjut
Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi pada yang sudah lanjut
|
2.infiltrat :
a) Kulit
b) Membran mukosa (hidung tersumbat, pendarahan di hidung)
c) Ciri-ciri
d) Nodulus
e) Deformitas
|
Tidak ada
Tidak pernah ada
Central healing (penyembuhan di tengah)
Tidak ada
Terjadi dini
|
Ada,kadang-kadang tidak ada
Ada,kadang-kadangtidak ada
i. punched out lesion (lesi bentuk seperti donat)
ii. madarosis
iii. ginekomasti
iv. hidung pelana
v. suara sengau
Kadang-kadang ada
Biasanya simetris, terjadi lambat
|
- Kurangnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan
- Mayoritas masyarakat Madura dengan status sosio-ekonomi rendah dengan pekerjaan sebagai petani garam
- “Eksklusivitas” etnis Madura dan penanganan yang kurang tepat kepada penderita.
Dari 93,2 persen konfirmasi kasus malaria yang ada di Indonesia sepanjang tahun 2013, Papua memiliki angka kasus malaria terbesar, yaitu 42,65 persen. Adapun Papua Barat sebesar 38,44 dan NTT sebesar 16,37. Dari 93,2 persen konfirmasi, pengobatan yang dilakukan sudah mencapai 84,4 persen. Namun Indonesia Timur ini yang memang masih tinggi.
Selain itu, tingginya perbedaan endemisitas antar daerah juga dianggap menjadi tantangan upaya penanggulangan malaria ini. Untuk itu, pemerintah melakukan pemetaan strategi daerah endemis untuk membagi fokus. Faktor risiko, seperti lingkungan dan iklim, juga menjadi tantangan dan hambatan dalam upaya pemerintah bersama keterbatasan akses pelayanan kesehatan. Memang harus diakui bahwa wilayah Indonesia timur memiliki keterbatasan pelayanan, dibanding dengan Indonesia barat dan tengah.
Dan untuk itulah, pemerintah memang ingin lebih menguatkan mutu layanan dan akses di Indonesia timur demi memeratakan penanggulangan malaria ini. Kasus malaria sendiri dianggap menjadi salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan Indonesia.
Untuk hepatitis C, pencegahan dan penanggulangannya lebih kepada menjaga kebersihan makanan dan proses pembuatan makanan. Hepatitis B yaitu dengan imunisasi dan hepatitis C dengan menjaga perilaku baik yaitu tidak bertukaran jarum suntik.
Blogroll
About Me
- Unknown